Bagaimana Cara Setan Berpikir? | Psikologi Setan/Lucifer/Iblis/Daemon
9 Jul 2025
🌑 1. Definisi "Setan" dalam Berbagai Tradisi
Sebelum membahas bagaimana setan berpikir, penting untuk memahami siapa atau apa itu setan :
Dalam agama Abrahamic (Yahudi, Kristen, Islam) :
Setan dikenal sebagai Iblis (Arab: الشيطان / Asy-Syaithān) , Lucifer (dalam tradisi Kristen awal), atau Satan .
Digambarkan sebagai mahluk jatuh, bekas malaikat yang memberontak terhadap Tuhan karena kesombongan.
Fungsinya sering kali menggoda manusia ke arah kesesatan atau dosa.
Dalam mitologi Yunani:
Daemon bukan selalu jahat; bisa netral atau pembawa nasib buruk.
Berbeda dengan konsep Iblis dalam agama samawi.
🧠 2. Psikologi "Setan": Bagaimana Ia Berpikir?
Kita bisa mengeksplorasi pola pikir "setan" melalui lensa psikologis dan filosofis, meskipun ini bersifat simbolis , bukan literal.
A. Ego yang Tidak Terkendali
"Aku lebih baik daripada manusia. Aku tidak akan sujud padanya."
— Iblis kepada Allah dalam Al-Qur'an
Kesombongan (arrogance) adalah ciri utama setan.
Ia menolak otoritas Tuhan karena merasa lebih unggul (tanah vs api).
Ini mencerminkan sisi gelap ego manusia: merasa paling tahu, menolak kerendahan hati, ingin menjadi seperti Tuhan.
B. Logika yang Menyesatkan
Setan menggunakan logika yang salah atau kebenaran yang dipelintir untuk menipu.
Ia bisa menghiasi sesuatu yang haram sebagai halal, atau menjadikan kelemahan tampak seperti kebajikan.
Contoh: “Tidak apa-apa melakukan sedikit dosa, asalkan kamu bertobat nanti.”
C. Kebencian dan Hasad (iri hati)
Setan iri pada manusia karena diberi rahmat dan kemuliaan oleh Allah.
Iri ini mendorongnya untuk menghancurkan, menyesatkan, dan membuat manusia gagal mencapai tujuan hidup spiritualnya.
D. Obsesi pada Kekuasaan dan Kontrol
Iblis ingin menggantikan posisi Tuhan.
Ia ingin mengendalikan jiwa manusia, mengalihkan ketaatan dari Tuhan ke dirinya sendiri — meskipun secara tersamar.
E. Penipu Ulung (The Great Deceiver)
Setan tidak menunjukkan wajah jahatnya langsung.
Ia menggunakan kesenangan, hasrat, dan ambisi manusia untuk menjerumuskannya perlahan-lahan.
Seringkali ia menyembunyikan kejahatannya dalam bentuk hal-hal yang tampak positif , tapi mengalihkan manusia dari nilai-nilai luhur.
📖 3. Dari Perspektif Agama (Islam, Kristen, Yahudi)
🔹 Dalam Islam:
Iblis diciptakan dari api, bukan tanah seperti manusia.
Ketika Allah memerintahkan para malaikat sujud kepada Adam, Iblis menolak karena merasa api lebih mulia dari tanah.
Allah mengusirnya dan ia bersumpah akan menyesatkan manusia sampai hari kiamat.
Al-Qur’an Surah Al-A’raf (7:17-18):
“Bersiap-siaplah kamu menghadapi mereka dengan segala kekuatan yang kamu sanggupi... Sesungguhnya syaitan itu hanya menginginkan supaya kamu bermusuhan dan dengki satu sama lain.”
🔹 Dalam Kristen:
Lucifer adalah malaikat yang jatuh karena ingin menyamai Tuhan.
Dalam kitab Wahyu, ia digambarkan sebagai naga besar yang dilemparkan ke bumi.
Ia menipu seluruh dunia dan mencoba menyesatkan umat manusia.
🔹 Dalam Gnostisisme & Mistisisme:
Ada aliran yang menganggap Iblis sebagai sosok yang ingin membebaskan manusia dari tirani Tuhan palsu (demi kebebasan berpikir).
🌀 4. Simbolisme Psikologis Setan dalam Diri Manusia
Menurut Carl Jung dan psikologi transpersonal:
Setan = Bayangan (Shadow Self)
Sisi gelap dalam diri manusia yang ditolak, disimpan, dan tidak diakui.
Jika tidak diintegrasikan, sisi gelap ini bisa muncul dalam bentuk kejahatan, kebencian, atau penghancuran diri sendiri.
Setan juga bisa mewakili:
Kekacauan
Ketidaktahuan
Nafsu yang tidak terkontrol
Kesombongan intelektual
✨ 6. Cara Melawan "Pola Pikir Setan"
Jika kita melihat setan sebagai metafora bagi kecenderungan buruk dalam diri manusia, maka cara melawannya adalah:
Meningkatkan kesadaran diri (self-awareness)
Melatih kerendahan hati (humility)
Mempertahankan moral dan nilai-nilai luhur
Mengenal dan mengintegrasikan shadow self
Berlatih refleksi spiritual/mistik (dzikir, doa, meditasi, dll.)
🔚 Penutup
Setan tidak berpikir seperti manusia biasa. Ia berpikir dengan logika yang terdistorsi, penuh kesombongan, dan obsesi pada kekuasaan. Namun, ia juga sangat cerdas dalam memanipulasi emosi, kelemahan, dan ambisi manusia.
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu setan-setan dari kalangan manusia dan jin..."
— Al-Qur’an, Surah Al-An’am (6:112)
Maka, pemahaman tentang bagaimana setan berpikir adalah langkah awal untuk mengenali godaannya dan melawannya dengan bijaksana.
