Mengapa Kebaikan Terasa Berat dan Kemaksiatan Terasa Ringan?
30 Mei 2025
Assalamualaikum, Bro Ku!
Gimana kabarnya nih? Semoga selalu dalam keadaan baik dan semangat ya. Kali ini, kita bakal ngobrol serius soal sebuah nasihat bijak dari para ulama salaf yang sangat relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah pernah menukil perkataan seorang ulama salaf tentang mengapa kebaikan terasa berat dilakukan, sementara kemaksiatan terasa begitu ringan . Yuk, kita bahas bareng-bareng kenapa hal ini terjadi dan bagaimana kita bisa menghadapinya dengan bijak!
Apa yang Dimaksud dengan "Kebaikan Berat Dilakukan"?
Bro ku, kebaikan—seperti ibadah, amal shaleh, atau perilaku mulia—sering kali terasa sulit untuk dilakukan. Kenapa? Jawabannya ada dalam nasihat ulama salaf:
"Kebaikan itu pahitnya dirasakan dulu, sementara manisnya (nikmat surga) belum terlihat, makanya berat dilakukan."
Artinya, ketika kita ingin melakukan kebaikan, kita sering dihadapkan pada tantangan-tantangan awal yang terasa sulit. Misalnya:
Bangun malam untuk shalat tahajud terasa berat karena badan masih lelah.
Menahan diri dari maksiat terasa sulit karena godaan begitu kuat.
Memberi sedekah terasa berat karena kita merasa sayang melepaskan harta.
Namun, penting untuk diingat bahwa pahitnya kebaikan hanya bersifat sementara , sementara manisnya—yaitu pahala dari Allah—akan datang di kemudian hari, baik di dunia maupun akhirat.
Kenapa Kemaksiatan Terasa Ringan Dilakukan?
Di sisi lain, kemaksiatan—seperti berbohong, marah-marah, atau melanggar aturan agama—terasa begitu mudah dilakukan. Kenapa? Nasihat ulama salaf memberikan jawaban:
"Kemaksiatan itu manisnya terasa duluan, sementara pahitnya (adzab di neraka) belum terlihat, makanya mudah dilakukan."
Contohnya:
Berbohong terasa lebih mudah daripada berkata jujur karena kita ingin menghindari masalah.
Marah-marah terasa memuaskan saat itu juga, meskipun dampaknya buruk di kemudian hari.
Melakukan dosa kecil terasa tidak berbahaya karena kita belum melihat konsekuensinya secara langsung.
Namun, yang perlu diingat adalah manisnya kemaksiatan hanya bersifat sementara , sementara pahitnya—yaitu azab Allah—akan datang di kemudian hari jika kita tidak bertaubat.
Pelajaran Penting dari Nasihat Ulama Salaf
Nah, bro, apa sih pelajaran yang bisa kita ambil dari nasihat ini? Berikut ini beberapa poin utamanya:
Jangan Tinggalkan Kebaikan Karena Berat
Meskipun kebaikan terasa sulit dilakukan di awal, jangan biarkan rasa berat itu membuatmu meninggalkannya. Ingatlah bahwa setiap kebaikan akan mendatangkan manisnya pahala di kemudian hari.Jangan Terjebak oleh Manisnya Kemaksiatan
Jangan tertipu oleh kesenangan sesaat yang ditawarkan oleh kemaksiatan. Di balik kemudahan itu, ada pahitnya adzab yang menanti jika kita tidak segera bertaubat.Sabar di Awal, Nikmat di Akhir
Dalam Islam, kita diajarkan untuk bersabar dalam menjalankan kebaikan. Sabar di awal akan membawa nikmat yang besar di akhir. Rasulullah SAW bersabda:"Sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten meskipun sedikit."
(HR. Bukhari dan Muslim)Renungkan Ayat Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:"Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al-Ankabut: 7)Ini adalah janji Allah bahwa setiap kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan yang lebih besar.
Bagaimana Cara Menghadapi Keberatan dalam Melakukan Kebaikan?
Nah, bro, biar kita bisa lebih konsisten dalam berbuat kebaikan, berikut ini beberapa tips praktisnya:
Ingat Tujuan Akhir
Ketika kamu merasa berat untuk melakukan kebaikan, ingatlah tujuan akhirnya: ridha Allah dan surga-Nya. Bayangkan betapa indahnya pahala yang menantimu di akhirat.Mulai dari Hal Kecil
Jangan langsung memaksakan diri untuk melakukan kebaikan besar. Mulailah dari hal-hal kecil, seperti membaca Al-Qur’an satu halaman sehari, bersedekah Rp5.000, atau tersenyum kepada orang lain.Latih Kesabaran
Kebaikan sering kali membutuhkan kesabaran di awal. Misalnya, bangun malam untuk shalat tahajud mungkin terasa berat di minggu pertama, tapi lama-lama akan menjadi kebiasaan yang menyenangkan.Cari Teman yang Mendukung
Lingkungan sosial sangat memengaruhi motivasi kita. Cari teman atau komunitas yang bisa menginspirasi dan mendukungmu untuk terus berbuat kebaikan.Hindari Godaan Kemaksiatan
Untuk menghindari kemaksiatan, cobalah untuk menjauhi pemicunya. Misalnya, jika kamu sering marah-marah karena media sosial, kurangi waktu menggunakan platform tersebut.
Mengapa Kita Harus Waspada terhadap Kemaksiatan?
Bro ku, kemaksiatan sering kali terasa ringan karena kita belum melihat konsekuensinya secara langsung. Namun, ingatlah bahwa setiap dosa memiliki dampak negatif, baik di dunia maupun akhirat.
Misalnya:
Berbohong bisa merusak kepercayaan orang lain kepada kita.
Marah-marah bisa merusak hubungan dengan keluarga atau teman.
Bermaksiat kepada Allah bisa mendatangkan azab di akhirat.
Oleh karena itu, waspadalah terhadap manisnya kemaksiatan yang hanya bersifat sementara.
Penutup
Jadi, bro ku, "Kebaikan itu pahit di awal, manis di akhir; kemaksiatan itu manis di awal, pahit di akhir" adalah pengingat bagi kita untuk tidak terjebak pada kesenangan sesaat dan tetap konsisten dalam berbuat kebaikan.
Dengan sabar, istiqamah, dan keyakinan pada janji Allah, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh harapan. Ingat, setiap langkah kecil dalam kebaikan adalah investasi besar untuk akhirat kita .
Semoga artikel ini bisa membantu kamu buat lebih termotivasi dalam berbuat kebaikan dan menghindari kemaksiatan. Ingat, setiap pilihan kecil yang kita buat hari ini akan membentuk masa depan kita besok!
Wassalamualaikum Wr. Wb.
