Awareness beda sama excuse. Jangan abuse label buat lepas tanggung jawab.
31 Mei 2025
Assalamualaikum, Bro.
Lo bilang lo lagi belajar mengenal diri, lagi dalam fase self-awareness, lagi healing, lagi memahami inner child, anxiety, overthinking, dan sejuta istilah keren lainnya.
Tapi…
Kok makin ke sini malah makin banyak alasan?
Setiap disinggung dikit:
“Aku emang gini orangnya, please pahami.”
“Aku lagi dalam proses self love, tolong jangan judge.”
Padahal yang dikritik bukan trauma lo — tapi sikap lo yang nyebelin.
Self-Awareness = Tanggung Jawab
Bukan Kartu Bebas dari Evaluasi
Bro, self-awareness itu seharusnya bikin lo lebih bijak, bukan lebih defensif.
Semakin lo sadar siapa diri lo, semakin berani juga lo ngakuin kesalahan.
Bukan makin sering nyari tameng:
"Maaf ya aku toxic, itu karena zodiac-ku."
"Aku emang keras, soalnya inner child-ku luka."
Kalimat kayak gitu bukan self-awareness. Itu excuse. Dan lebih parahnya: itu bentuk manipulasi halus.
Stop Abuse Label Psikologis Buat Ngebela Diri
Gak semua hal harus dibungkus pake istilah psikologi biar lo keliatan paham diri.
Kadang...
Yang lo butuhin bukan lebih banyak insight — tapi lebih banyak keberanian buat berubah.
“Kalau lo sadar sifat lo nyakitin orang, ya ubah. Bukan dimaklumin terus.”
Tanda Lo Lagi Abuse Awareness:
Sering bawa-bawa “trauma” buat ngehindar dari introspeksi
Bilang “aku sedang belajar” terus, tapi gak pernah berkembang
Nyebut “anxiety” atau “mental health” setiap kali ditegur
Ingat:
Sadar itu langkah awal. Tanggung jawab itu langkah selanjutnya.
Penutup: Jadi Orang Sadar Diri Itu Langka, Jangan Cuma Gaya
Lo boleh punya label.
Lo boleh kenal sama sisi gelap diri lo.
Tapi kalau lo terus-terusan pakai itu buat lepas dari tanggung jawab,
lo bukan sedang aware — lo sedang kabur dari perubahan.
Wassalamualaikum, Bro.
Orang yang beneran sadar diri, gak akan denial pas disuruh bercermin.
