Lo Milih Jalan yang Gak Banyak Dipilih. Sekarang Rasain Sendiri Sunyinya.

Assalamualaikum, Bro Ku.

Lo dulu bilang,
“Gue gak mau hidup biasa-biasa aja.”
Lo nolak ikut arus.
Lo pilih jalan yang gak semua orang berani tempuh:
lebih berani, lebih idealis, lebih jujur, lebih sendiri.

Dan sekarang lo ngerasa…
kok hidup makin sepi ya?

Wajar.
Karena jalan yang gak banyak dipilih,
emang jarang ada temennya.

Jalan yang Sunyi Itu Bukan Kutukan, Tapi Konsekuensi

Lo gak bisa berharap jalan hidup yang beda
tapi rame kayak jalan tol.
Gak bisa pilih hidup yang lebih jujur dan dalam,
tapi pengen sambutan kayak selebgram.

“Pilihan lo hebat, tapi jangan kaget kalau jalannya sunyi.
Karena sedikit orang yang berani ngelewatin gelap buat ketemu cahaya sendiri.”

Di Titik Ini, Lo Gak Butuh Banyak Teman. Lo Butuh Kekuatan Arah

Saat sepi datang,
jangan buru-buru balik ke keramaian cuma biar diakui.
Justru di sepi itu, lo bakal benar-benar denger suara hati.
Dan lo akan tahu:
lo jalanin ini bukan buat tepuk tangan,
tapi karena lo gak mau hidup lo sia-sia.

Kadang yang Paling Benar Itu yang Paling Sepi

Lo bisa lebih cepat kalau rame-rame.
Tapi lo bisa lebih dalam kalau sendirian.

Dan jalan sunyi itu bukan buat semua orang.
Tapi lo bukan semua orang, kan?

“Kalau lo cukup gila buat milih jalan sendiri,
lo harus cukup kuat buat jalan meski gak ada yang nemenin.”

Penutup: Sepi Itu Sementara. Tapi Arah yang Benar Itu Seumur Hidup

Bro ku…
Jangan lemah cuma karena sekarang gak ada yang lihat.
Jangan ragu cuma karena gak ada yang tepuk tangan.

Karena nanti, di ujung jalan ini,
yang lo temuin bukan keramaian.
Tapi versi lo yang utuh — yang gak bisa dibeli sama validasi siapa pun.

Wassalamualaikum.
Semoga lo tetap jalan di jalur lo sendiri,
meski sunyi, karena lo tahu:
hidup rame belum tentu benar, dan hidup benar belum tentu rame.